^Old people said, Experience is the best teacher ^
Yet, Everybody is a teacher......
Pernahkah terbelesit keinginanmu untuk menjadi seorang guru?
Pernahkah dalam ingatan masa kecil mu terbelesit cita-cita menjadi seorang
guru? Apakah sekarang kamu adalah seorang guru?
Dalu ketika aku masih di bangku SD, sama sekali tidak
terbelesit cita-cita untuk menjadi seorang guru. Angan-anganku jauh membumbung
tinggi untuk menjadi seorang astronout waktu itu, dan seorang ilmuwan, bahkan
menjadi seorang perampok. Betapa imajinasi masa kecil sungguh tak terbatas
dinding-dinding realitas yang kemudian membenturkan aku hingga terjerembab ke
dunia perguruan. Oh, betapa tidak....
Seiring bertambahnya usiaku, dinding realitas membentur ketika
aku sangat berminat belajar tentang jagad raya dan isinya namun tidak diimbangi
dengan kemampuan dalam hal kalkulasi angka-angka imajiner yang bagiku itu
sungguh melelahkan. Akhirnya, impian menjadi astronout berlalu begitu saja,
seakan tenggelam bersama ribuan bintang di angkasa sana.
Kemudian ketika seorang guru bertanya, apa cita-citaku?
Sontak aku mulai bingung, mengingat sangat tidak realistis jika aku menjawab, aku
ingin jadi asrtonout.
Pikiranku mulai terbuka ketika aku dan Bapak sama-sama
menyukai suatu iklan media cetak (red: Kompas). Iklan ini mengisahkan tentang
seorang jurnalis perempuan muda yang rela mengajar di suatu tempat terpencil di
Sumatera. Dia, menjadi guru bagi generasi muda suku Anak Dalam, di daerah
Jambi. Puisi yang dia bacakan sungguh menginspirasi. Salah satu kutipan yang
selalu aku ingat, dari Bapak dan iklan itu adalah, ” bahwa hidup haruslah bermanfaat, bagiku, bagimu.....” Semenjak saat
itu, aku bercita-cita untuk menjadi seorang guru. Menjadi seorang pendidik.
Suatu hari, Bapak memberikanku sebuah kompas dan berpesan,
agar aku tak jadi katak dalam tempurung. Indonesia adalah negeri yang luas,
apalagi dunia. Maka menjelajahlah. Dan lagi-lagi, sosok Bapaklah yang menginspirasiku
untuk memantabkan niat menjadi pendidik di pedalaman, mengikuti program SM3T
(Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal).
Perjalananku untuk mewujudkan cita-cita ini penuh tantangan
dan kegagalan. Pertama kali mendaftar aku gagal. Mungkin karena waktu itu Ibuku
tidak merestui. Ah,,, andai saja Bapak belum ke surga, pasti beliau akan sangat
mendukung. Aku yakin itu. Sedih rasanya, ketika tekadku sudah bulat namun harus
mengalami kegagalan yang menyedihkan. Aku tidak lolos di seleksi tertulis, dan
hanya akulah yang tidak lolos dari sekian banyak teman sejurusanku. Walaupun begitu,
aku tidak menyerah. Diam-diam aku belajar dan berdo’a.
Maka tahun berikutnya, ketika program SM3T angkatan II
dibuka, aku tetap memutuskan untuk mendaftar. Kali ini tidak boleh gagal. Aku meminta
restu ibuku dan semua keluargaku. Aku minta do’a mereka agar usahaku mewujudkan
cita-citaku berjalan lancar. Sayang sekali, aku membuat kesalahan fatal. Tepat dihari
terahir pendaftaran, koneksi internet error. Aku telat mengumpulkan persyaratan.
Aku gagal untuk kedua kalinya.
Namun tidak hanya sampai disitu. Aku terus berdo’a agar aku
bisa mendapatkan kesempatan itu. Dan, puji Tuhan, do’aku terjawab... akhirnya,
aku baca pengumuman pendaftaran SM3T 2012 gelombang ke-2. Senang sekali
rasanya.... hari itu juga, aku langsung melengkapi administrasi pendaftaran. Seleksi
administrasi dengan mulusnya terlewati, begitu pula serangkaian seleksi yang
mengikuti.
Singkat cerita, sekarang aku di sini. Menjadi seorang guru. Menjadi
seorang pendidik di sebuah sekolah di daerah yang bisa dikatakan tertinggal. Di
Kecamatan Detukeli, Kab. Ende. Aku mengajar di SMP N Detukeli sebagai guru Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris. Bangga dan terharu rasanya... walaupun kini aku
hidup di desa tanpa listrik PLN, akses air sulit, namun justru itulah
tantangannya. Dan aku menikmati semua ini dengan penuh syukur...
Hari ini, baru pertama kalinya aku merayakan hari Pendidikan
Nasional dengan penuh rasa haru dan bangga. Justru di daerah ini. Daerah dimana
untuk mengikuti upacara Hardiknas harus rela berjalan kaki hingga 9 km. Pagi
ini, bendera Merah Putih berkibar gagah di tiang bambu, bercumbu dengan langit
biru. Pagi ini, aku mendengar tangis guru-guru honorer, haru dan pilu. Pagi
ini, kami para guru di Kec. Detukeli saling berjabat tangan mengucapkan SELAMAT
HARI PENDIDIKAN NASIONAL. Dan, bersama hembusan angin aku ucapkan SELAMAT ULANG
TAHUN, BAPAK.... Sumber Inspirasiku, Pahlawanku.....
Menyalakan lilin basah mungkin agak sulit, namun ketekunan
untuk terus menyalakan api lama-lama akan membuat sumbunya kering, untuk
semakin mudah dinyalakan....
Detukeli, 02 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar