Dulu ketika aku masih kecil, ingin rasanya bisa meniru tingkah polah Sun Go Ku yang bisa kemana-mana naik awan Kinton. Tinggal panggil langsung wuuuuuzzzzzzz... Atau layaknya Sun Go Kong si Kera Sakti yang juga punya kendaraan serupa. Keinginan itu tentu saja jadi angan belaka seiring bertambahnya usia. Nyatanya bahkan ilmuan jaman sekarang belum bisa membuat kendaraan mirip awan sebagai solusi mengatasi kemacetan jalan raya (hehe, semoga pak Jokowi baca nih tulisan, hehe :p )
Namun siapa bisa menyangka, menginjak usia 23 tahun, keinginan itu terwujud bahkan lebih dari sekedar mengendarai awan. Aku mengajar di sebuah sekolah menengah pertama di sebuah negeri di awan-awan. hehehe... Looooohhh kok bisa????
Itu karena aku mengikuti program Sarjana Mendidik di daerah 3T (SM3T), sebuah program pengiriman guru ke daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T) Indonesia. Sesuai dengan namanya, program ini merekrut para Sarjana Pendidikan untuk 'mengabdi' ( tapi dibayar, jadi aslinya istilah mengabdi kurang relevan kayaknya, hehehe...) selama satu tahun di daerah penempatan. Nah, untuk info lengkap mengenai program ini silakan klik di sini.
Well, bicara soal daerah penempatan, aku ditempatkan di Kabupaten Ende, NTT. Tepatnya di Kecamatan Detukeli, Desa Maurole Selatan. Di situlah terdapat SMP Negeri Detukeli, sekolah dimana aku mengajar. Bangunan sekolah ini bisa dikatakan cukup baru. Namun sayangnya, sekolah ini tidak memiliki instalasi listrik PLN. Sama halnya dengan sekolah-sekolah dan rumah warga di seluruh kecamatan Detukeli. Maklum saja, mengingat lokasi kecamatan ini yang cukup terpencil.
SMP Negeri Detukeli terletak di sebuah bukit yang dinamakan Jl. Ragho Riwu. Karena letaknya yang cukup tinggi, sekolah ini bahkan bisa terlihat dari kejauhan. Pemandangan yang disaksikan dari sekolah ini sangat indah, hamparan hijau hutan dan biru pegunungan berjajar dengan puncak Lepembusu menjulang. Pokoknya bagus banget deh...
Jika cuaca cerah, pertemuan birunya langit, laut dan jajaran pegunungan dengan dihiasi putihnya awan bisa terlihat. Bahkan, (boleh percaya boleh nggak... ) kita bisa merasa seperti dekaaaaatttt banget dengan awan. Sampai-sampai perkampungan yang letaknya berkilo-kilo meter juga terlihat dekat.
Namun semua kecerahan itu akan berubah seketika ketika kabut datang menerjang. Lapangan sekolah yang tadinya terang berubah menjadi samar-samar gelap. Bheeeeeerrrr... hawa dingin menyeruak.
Apalagi saat musim hujan tiba. Seharian betul tidak ada cahaya matahari.
Gedung SMP sama sekali tidak terlihat dari cabang menuju sekolah. Semua tertutup awan kabut. Itulah puncaknya hingga aku sebut sebagai, negeri awan-awan.... semua yang terlihat hanyalah awan dan kabut...
Anak-anak tetap berangkat sekolah walaupun tidak pakai alas kaki... bayangpuuuunnnn... kalau musim hujan jalannya becek pake bangeeet nget nget... bahkan cacingnya gede-gede..
Dari bukit belakang sekolah aku bisa melihat luasnya lautan dengan Gunung Rokatenda yang mengepul asapnya.
Itulah sekilas gambaran tentang SMP-ku, SMP Negeri Detukeli... Sekolah di negeri awan-awan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar