PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
Oleh: Nia Martiana,
S.Pd.
SMP Negeri 8 Satap
Tempunak
CGP Kab. Sintang,
Kalimantan Barat
A.
Refleksi
Pemahaman Materi Budaya Positif
Untuk dapat melakukan perubahan ke
arah budaya positif, guru sebaiknya mulai mengubah paradigma berpikir dari
stimulus respon ke arah teori control. Teori control membuka cakrawala berpikir
guru untuk dapat bepikir secara terbuka dalam menghadapi murid. Bahwasanya,
setiap apa yang dilakukan oleh murid adalah bentuk dari usaha pemenuhan
kebutuhan dasarnya. Ada lima jenis kebutuhan, yaitu
- 1. survival,
- 2. kesenangan,
- 3. cinta dan kasih sayang,
- 4. kebebasan dan
- 5. penguasaan.
Dengan mengetahui apa kebutuhan
dasar yang ingin dipenuhi oleh murid, maka guru dapat mengarahkan murid untuk
dapat mencari alternatif lain yang lebih positif sebagai bentuk pemenuhan
kebutuhan dasarnya.
Keyakinan kelas diperlukan sebagai
seperangkat nilai kebajikan yang disepakati dan diyakini bersama oleh murid,
sehingga mereka dapat mengontrol dirinya dengan baik. Harapannya, segala bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar murid hendaknya tidak melanggar keyakinan kelas.
Dalam penanganan peristiwa/kasus murid, guru diharapkan dapat memposisikan diri
dengan bijak, sehingga penyelesaian masalah dapat mencapai tujuan
menang-menang. Dalam hal ini, dari lima posisi control, posisi sebagai manajer
lah yang ideal. Pada posisi ini, seorang guru dapat melakukannya dengan menawarkan
restitusi. Restitusi dilakukan melalui tiga tahap, yaitu
1. Menstabilkan identitas,
2. Validasi kesalahan yang
dilakukan,
3. Menanyakan keyakinan.
Bagi saya restitusi ternyata
cukup menghemat emosi dalam menangani masalah murid. Setelah saya mempelajari
materi pada modul 1.4 ini, saya menjadi sadar bahwa dalam hal penanganan masalah
murid, saya sebaiknya menggunakan otak luhur manusia saya, seperti yang telah
saya pelajari pada modul 1.2 yang lalu. Selain itu, dalam menjalankan peran
sebagai guru penggerak kedepannya, materi pada modul 1.4 ini dapat menjadi
modal untuk dapat membiasakan budaya positif di kelas dan di sekolah.
B.
Peran
dalam menciptakan Budaya Positif di Sekolah
Seorang Guru Penggerak diharapkan dapat memerankan diri
untuk:
- 1. Pemimpin pembelajaran
- 2. Menggerakkan komunitas praktisi
- 3. Mendorong kolaborasi antar guru
- 4. Menjadi coach bagi guru lain
- 5. Mewujudkan kepemimpinan murid.
Melalui kelima peran tersebut, seorang guru penggerak dapat
turut serta menciptakan budaya positif di sekolah. Adapun penjabarannya adalah
sebagai berikut:
Sebagai pemimpin pembelajaran dan
mewujudkan kepemimpinan murid, seorang guru penggerak hendaknya dapat
menginisiasi pembentukan kesepakatan kelas, maupun keyakinan kelas. Melakukan
restitusi dengan murid juga adalah salah satu cara untuk dapat mewujudkan
kepemimpinan murid. Dimana dalam kegiatan restitusi, murid dapat mengembangkan
pemikirannya menjadi lebih bijak, dan menumbuhkan motivasi internal mereka. Dalam
menciptakan budaya positif di sekolah, seorang guru penggerak tidak dapat bergerak
sendiri. Kolaborasi antar guru di sekolah sangat diperlukan. Maka, apabila rekan
guru di sekolah belum dapat mengakses informasi mengenai materi budaya positif,
guru penggerak dapat menjadi coach bagi rekan guru untuk dapat memahami
bagaimana pembentukan budaya positif di sekolah. Untuk kedepannya, bersama-sama
mewujudkan budaya positif di sekolah.
Tidak menutup kemungkinan, guru penggerak juga dapat membagikan praktik baik proses menciptakan budaya positif di sekolah pada komunitas praktisi seperti guru dalam satu gugus, MGMP, maupun komunitas guru lainnya.
Berikut ini adalah Rencana Aksi Nyata saya pada untuk modul 1.4 Budaya Positif.
Ayo semangat hidupkan lagi blognya Bu, mudah-mudahan jadi seorang penulis. Aamiin.
BalasHapus