Nia Martiana, S.Pd.
SMP Negeri 8 Satap Tempunak
CGP Angkatan 4 Kabupaten Sintang
A. Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya
Pada Modul 3.2 Program Pendidikan Guru Penggerak, CGP berkesempatan untuk mempelajari tentang pengelolaan sumber daya yang dapat menunjang terselenggaranya pembelajaran. Secara garis besar, modul 3.2 ini membahas tentang bagaimana guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat mengidentifikasi dan memaksimalkan potensi aset yang dimiliki oleh lingkungannya, guna menunjang kegiatan pembelajaran.
1. Sekolah Sebagai Ekosistem
Sekolah merupakan lembaga penyelenggara pendidikan formal yang di dalamnya terdapat unsur yang saling mendukung. Unsur-unsur yang saling mendukung ini kemudian membentuk sebuah ekosistem, layaknya ekosistem yang kita pelajari di pelajaran IPA. Dalam ekosistem terdapat unsur biotik (hidup) dan abiotik (tidak hidup) yang membentuknya. Pada konteks sekolah, unsur biotiknya adalah kepala sekolah, guru, murid, komite, masyarakat, pengawas, serta modal manusia lainnya. Sedangkan unsur abiotiknya meliputi keuangan, sarana prasarana, kurikulum, dan sebagainya.
Dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan, baik unsur biotik dan abiotik yang ada pada sekolah merupakan modal yang berpotensi untuk ‘menyehatkan dan menyuburkan’ ekosistem sekolah. Apabila hubungan antar unsur dan potensinya diberdayagunakan secara maksimal, maka penyelenggaraan pelayanan pendidikan akan semakin baik, dan tentu saja akan berdampak pada murid.
2. Pendekatan Berbasis Masalah
Mari kita refleksikan bersama, selama ini topik mana yang lebih sering mendominasi diskusi di ruang guru: (1) Masalah dan kenakalan murid, atau (2) prestasi dan capaian positif murid. Kemudian, kaitannya dengan penyelenggaraan pembelajaran, (1) kurangnya fasilitas sekolah yang menghambat kegiatan, atau (2) bagaimana mengoptimalkan apa yang dimiliki untuk mendukung kegiatan/pembelajaran?
Apabila opsi nomor (1) lah yang mendominasi, bisa jadi sekarang ini kita masih menggunakan paradigm berpikir berbasis masalah.
Dampak dari terlalu seringnya menggunakan pola pikir ini adalah :
• Bergantung pada bantuan orang/pihak lain
• Potensi aset tidak berkembang
• Mematikan kreatifitas
3. Pendekatan Berbasis Aset
Pendekatan berbasis aset adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif. Pendekatan ini cenderung mempercayai bahwa setiap hal yang mungkin dipandang ‘negatif’ sebenarnya mempunyai sisi positif yang dapat menjadi kekuatan. Misalnya, orang yang mempunyai sifat keras kepala, alih-alih disebut sebagai orang yang kaku dan tidak fleksibel, dapat disebut sebagai orang yang teguh dan gigih, yang merupakan potensi positif dari karakter keras kepala.
Paradigma berpikir ini kemudian melahirkan suatu konsep pengembangan komunitas berbasis aset (PKBA). Dalam penerapannya, PKBA juga dapat diterapkan dalam pengembangan sekolah, yang mana sekolah sejatinya adalah sebuah ekosistem yang di dalamnya terdapat komunitas manusia (komponen biotik) yang saling berinteraksi dan bekerjasama. Agar ekosistem sekolah dapat tumbuh sehat dan subur dan menghasilkan output yang berkualitas, maka pemberdayaan segala aset yang ada perlu dikalukan degan maksimal. Lalu, apa saja aset-aset yang dapat menjadi modal sekolah? Mari kita simak pembahasan berikut ini.
4. Modal yang Dimiliki Sekolah
Terdapat paling tidak tujuh macam modal yang potensinya dapat dijadikan aset bagi perkembangan sebuah komunitas, yaitu:
• Modal manusia
• Modal sosial
• Modal fisik
• Modal alam/lingkungan
• Modal finansial
• Modal politik
• Modal agama dan budaya.
Adapun untuk penjelasan dan contoh dari penjabaran identifikasi aset sekolah, dapat dilihat pada tautan berikut ini. Identifikasi Aset Pendukung Pembelajaran SMP Negeri 8 Satap Tempunak. Dalam kerangka regional 3 Kecamatan di Kabupaten Sintang (Sepauk, Ambalau dan Tempunak) penjabaran identifikasi asetnya dapat diakses pada tautan berikut ini.
B. Relevansi Pengelolaan Sumber Daya dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Data pemetaan aset sekolah akan sangat membantu kedepannya apabila sekolah telah menggunakan Kurikulum Merdeka. Pada Kurikulum Baru ini, sekolah diwajibkan untuk menyelenggarakan pembelajaran berbasis proyek kolaborasi sebanyak 3 proyek dalam satu tahun. Dengan melihat potensi-potensi aset yang ada, maka sekolah akan terbantu dalam mencari dan menentukan proyek apa yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah, masyarakat, serta lingkungan alam dimana murid tinggal.
Misalnya, di daerah sekolah saya mempunyai potensi berupa rotan dan daun pandan yang dapat dijadikan sebagai kerajinan tangan serta perkakas yang mempunyai fungsi dan nilai jual. Maka sekolah dapat mengadakan proyek pemanfaatan potensi alam ini dengan membimbing murid untuk memberdayagunakannya. Pada proyek kolaboratif ini, tidak hanya guru Seni Budaya dan Prakarya saja yang mempunyai andil dalam pembelajaran. Guru Bahasa Indonesia dapat membimbing murid untuk menciptakan teks prosedur pembuatan kerajinan tangan dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, bisa secara lisan maupun tertulis; begitu pula guru Bahasa Inggris. Bahkan, guru Bahasa juga dapat membimbing murid untuk menciptakan teks iklan guna mempromosikan hasil karyanya, agar dapat sampai ke tangan konsumen. Guru IPS dapat membimbing dalam hal pemasaran sebagai bentuk dari aktualisasi pembelajaran ekonomi kreatif. Guru TIK dapat membimbing bagaimana cara berjualan secara online menggunakan platform teknologi informasi yang sekarang banyak digunakan. Guru IPA dapat membimbing eksplorasi lingkungan mengenai macam-macam flora yang ada di lingkungan sekitar sekolah, serta kajian-kajian lainnya yang relevan. Bahkan, guru PKN juga dapat menggunakan proyek ini untuk mengembangkan karakter Profil Pelajar Pancasila, yaitu gotong royong. Dari satu hasil pemetaan potensi alam saja, begitu banyak hal yang bisa dilakukan. Dari satu identifikasi aset, yaitu modal alam berupa rotan, terdapat berbagai macam pembelajaran yang dapat di kembangkan lintas mata pelajaran. Begitu lah kira-kira manfaat dari identifikasi aset dan potensinya pada PKBA. Sungguh luar biasa.
C. Refleksi dan Koneksi Pembelajaran Modul 3.2 dengan Modul sebelumnya
Tujuan pendidikan menurut KHD adalah untuk menuntun dan mengembangkan segala kodrat anak untuk mempersiapkan diri menuju kebahagiaan dan keselamatan. Sebagai seorang pendidik, kita perlu memikirkan apa yang dapat kita lakukan untuk menuntun dan mengembangkan segala kodrat anak? Apa saja yang kita telah miliki untuk mengembangkannya? Modul 3.2 tentang pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya memberikan ruang bagi pendidik untuk memikirkan hal tersebut. Apalagi, kedepannya, guru penggerak mempunyai peran untuk dapat menjadi seorang pemimpin pembelajaran. Modul 3.2 ini memberikan kesempatan bagi CGP untuk dapat merenungkan segala aset yang dimiliki kelas dan sekolah, untuk dapat menyelenggarakan pembelajaran yang berdampak pada murid.
Hal yang dapat pendidik lakukan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang berdampak pada murid adalah dengan menyelenggarakan pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional. Pada konteks pembelajaran berdiferensiasi, pemetaan kesiapan belajar, profil belajar serta minat murid juga berkaitan dengan identifikasi aset pendukung pembelajaran, utamanya pada modal manusia. Dari pemetaan ini dapat diidentifikasi potensi-potensi apa yang dapat dikembangkan lebih lanjut agar pembelajaran semakin berdampak pada murid. Hal yang sama juga dapat berlaku pada pembelajaran sosial emosional yang dipelajari pada Modul 2.1.
Secara berkesadaran penuh, paradigma berpikir pendidik sebaiknya mulai digiring pada pendekatan berbasis aset. Dengan demikian, dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan di sekolah pendidik tidak terus-menerus berfokus pada masalah, serta kekurangan yang dapat menghambat pembelajaran/kegiatan sekolah. Investigasi opsi trilema serta pencarian alternatif solusi untuk mengembangkan potensi dari aset yang dimiliki penting untuk dilakukan, dalam pengembangan komunitas berbasis aset.
D. TABEL BAGJA
Setelah menyaksikan Video mengenai salah satu pembelajaran yang diselenggarakan di suatu sekolah dasar di Daerah Banggai, saya terinspirasi untuk membuat kelas saya menjadi lebih memerdekakan murid. Silakan klik tautan Tabel BAGJA ini untuk dapat mengakses bagaimana perencanaannya.