Minggu, 19 Desember 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

Oleh: Nia Martiana, S.Pd.

SMP Negeri 8 Satap Tempunak

CGP Kab. Sintang, Kalimantan Barat

 

A.      Refleksi Pemahaman Materi Budaya Positif

Untuk dapat melakukan perubahan ke arah budaya positif, guru sebaiknya mulai mengubah paradigma berpikir dari stimulus respon ke arah teori control. Teori control membuka cakrawala berpikir guru untuk dapat bepikir secara terbuka dalam menghadapi murid. Bahwasanya, setiap apa yang dilakukan oleh murid adalah bentuk dari usaha pemenuhan kebutuhan dasarnya. Ada lima jenis kebutuhan, yaitu

  • 1.    survival,
  • 2.       kesenangan,
  • 3.       cinta dan kasih sayang,
  • 4.       kebebasan dan
  • 5.       penguasaan.

Dengan mengetahui apa kebutuhan dasar yang ingin dipenuhi oleh murid, maka guru dapat mengarahkan murid untuk dapat mencari alternatif lain yang lebih positif sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan dasarnya.



Keyakinan kelas diperlukan sebagai seperangkat nilai kebajikan yang disepakati dan diyakini bersama oleh murid, sehingga mereka dapat mengontrol dirinya dengan baik. Harapannya, segala bentuk pemenuhan kebutuhan dasar murid hendaknya tidak melanggar keyakinan kelas. Dalam penanganan peristiwa/kasus murid, guru diharapkan dapat memposisikan diri dengan bijak, sehingga penyelesaian masalah dapat mencapai tujuan menang-menang. Dalam hal ini, dari lima posisi control, posisi sebagai manajer lah yang ideal. Pada posisi ini, seorang guru dapat melakukannya dengan menawarkan restitusi. Restitusi dilakukan melalui tiga tahap, yaitu

1. Menstabilkan identitas,

2. Validasi kesalahan yang dilakukan,

3. Menanyakan keyakinan.



Bagi saya restitusi ternyata cukup menghemat emosi dalam menangani masalah murid. Setelah saya mempelajari materi pada modul 1.4 ini, saya menjadi  sadar bahwa dalam hal penanganan masalah murid, saya sebaiknya menggunakan otak luhur manusia saya, seperti yang telah saya pelajari pada modul 1.2 yang lalu. Selain itu, dalam menjalankan peran sebagai guru penggerak kedepannya, materi pada modul 1.4 ini dapat menjadi modal untuk dapat membiasakan budaya positif di kelas dan di sekolah.

 

B.      Peran dalam menciptakan Budaya Positif di Sekolah

Seorang Guru Penggerak diharapkan dapat memerankan diri untuk:

  • 1.       Pemimpin pembelajaran
  • 2.       Menggerakkan komunitas praktisi
  • 3.       Mendorong kolaborasi antar guru
  • 4.       Menjadi coach bagi guru lain
  • 5.       Mewujudkan kepemimpinan murid.

Melalui kelima peran tersebut, seorang guru penggerak dapat turut serta menciptakan budaya positif di sekolah. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:

Sebagai pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan murid, seorang guru penggerak hendaknya dapat menginisiasi pembentukan kesepakatan kelas, maupun keyakinan kelas. Melakukan restitusi dengan murid juga adalah salah satu cara untuk dapat mewujudkan kepemimpinan murid. Dimana dalam kegiatan restitusi, murid dapat mengembangkan pemikirannya menjadi lebih bijak, dan menumbuhkan motivasi internal mereka. Dalam menciptakan budaya positif di sekolah, seorang guru penggerak tidak dapat bergerak sendiri. Kolaborasi antar guru di sekolah sangat diperlukan. Maka, apabila rekan guru di sekolah belum dapat mengakses informasi mengenai materi budaya positif, guru penggerak dapat menjadi coach bagi rekan guru untuk dapat memahami bagaimana pembentukan budaya positif di sekolah. Untuk kedepannya, bersama-sama mewujudkan budaya positif di sekolah.

Tidak menutup kemungkinan, guru penggerak juga dapat membagikan praktik baik proses menciptakan budaya positif di sekolah pada komunitas praktisi seperti guru dalam satu gugus, MGMP, maupun komunitas guru lainnya. 

Berikut ini adalah Rencana Aksi Nyata saya pada untuk modul 1.4 Budaya Positif.


Link Rencana Aksi Nyata