Selasa, 05 April 2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

Nia Martiana, S.Pd

SMP Negeri 8 Satap Tempunak

CGP Angkatan 4 Kab. Sintang 

COACHING DAN FILOSOFI KHD

Semboyan Pendidikan Indonesia ‘Tut Wuri Handayani’ diambil dari tiga filosofi pendidikan yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara. Tut Wuri (mengikuti, mendampingi) mempunyai makna mengikuti/mendampingi perkembangan murid dengan penuh (holistik) berdasarkan cinta kasih tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Handayani (mempengaruhi) mempunyai makna merangsang, memupuk, membimbing dan memberi teladan agar murid mengembangkan pribadinya melalui disiplin pribadi. Sistem Among (Tut Wuri Handayani) menjadi salah satu kekuatan dalam pendekatan pendampingan (coaching) bagi guru.

Menilik kembali filosofi Ki Hajar Dewantara tentang peran utama guru (Pamong/Pedagog), maka memahami pendekatan Coaching menjadi selaras dengan Sistem Among sebagai salah satu pendekatan yang memiliki kekuatan untuk menuntun kekuatan kodrat anak (murid).

Pendampingan yang dihayati dan dimaknai secara utuh oleh seorang guru, sejatinya menciptakan ARTI (Apresiasi-Rencana-Tulus-Inkuiri).

 

COACHING SEBAGAI PERAN GURU PENGGERAK

Pada modul 1.2 telah disampaikan tentang beberapa peran guru penggerak, yaitu:

1.       Sebagai pemimpin pembelajaran

2.       Menggerakkan komunitas praktisi

3.       Mendorong kolaborasi antar guru

4.       Menjadi coach bagi guru lain

5.       Mewujudkan kepemimpinan murid.

Untuk dapat memerankan diri sebagai guru penggerak, keterampilan melakukan coaching adalah salah satu modal utamanya. Untuk dapat menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar guru, dan memerankan diri sebagai coach bagi guru lain, guru penggerak memerlukan keterampilan berkomunikasi yang memberdayakan, yang merupakan salah satu aspek dalam coaching. Dalam hal ini, konteksnya adalah coaching terhadap rekan sejawat.

Sebagai pemimpin pembelajaran dan mewujudkan kepemimpinan murid, keterampilan melakukan coaching juga diperlukan. Dengan melakukan coaching, guru dapat menggali potensi yang dimiliki oleh murid, untuk dapat menemukan solusi atas permasalahannya, baik itu permasalahan dalam pembelajaran maupun masalah sehari-hari yang murid hadapi. Dengan demikian, guru dapat mendorong murid untuk menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab, paling tidak untuk dapat menjadi pemimpin yang baik bagi dirinya sendiri.

COACHING DALAM PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Untuk dapat memenuhi kebutuhan belajar murid, guru perlu melakukan pembelajaran berdiferensiasi. Dalam praktiknya, pemebelajaran berdiferensiasi muncul terkait adanya keragaman kebutuhan belajar peserta didik. Untuk dapat mengetahui apa saja keragaman-keragaman tersebut, maka guru perlu melakukan pemetaan paling tidak, pada:

1.       Kesiapan belajar

2.       Minat

3.       Profil belajar

4.       Hambatan belajar

Dari pemetaan tersebut maka akan diperoleh data, mana saja murid yang memerlukan intervensi lebih lanjut, untuk dapat memaksimalkan potensinya dalam belajar, dan sebisa mungkin meminimalisasi hambatan belajarnya. Salah satu bentuk intervensi yang dapat diberikan adalah dengan menyusun pembelajaran berdiferensiasi. Apakah cukup sampai disitu? Saya kira sayang sekali apabila data pemetaan ini hanya berhenti sampai disini saja.

Hasil pemetaan juga dapat dijadikan panduan bagi guru untuk mencari dan menggali lebih terhadap apa yang dialami oleh murid. Selanjutnya, melakukan coaching dapat menjadi pendekatan yang lebih personal yang dapat membantu murid untuk menggali potensinya, serta menggali solusi atas permasalahannya dalam pembelajaran. Maka coaching dan penyelenggaraan pembelajaran berdiferensiasi akan sejalan.

COACHING DAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Lalu, bagaimana koneksi antara coaching dengan pembelajaran sosial emosional?

Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk 1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi 2)menetapkan dan mencapai tujuan positif 3)merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain 4)membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta 5)membuat keputusan yang bertanggung jawab.

Dilihat dari tujuan pembelajaran sosial emosional, maka dapat kita lihat bahwa peran guru sebagai pamong (coach) diperlukan untuk dapat mencapai tujuan PSE tersebut. Coaching dapat menjadi salah satu bentuk penguatan dan pengembangan keterampilan sosial emosional murid, dengan membimbing mereka untuk lebih melihat kedalam diri mereka, berrefleksi, untuk dapat membuat keputusan yang bertanggungjawab atas diri mereka.

Selain itu, dalam pembelajaran sosial emosional, guru dapat meminta murid untuk mengidentifikasi emosi yang mereka rasakan sebelum kegiatan belajar. Coaching dapat menjadi salah satu tindak lanjut dari temuan identifikasi emosi negatif yang dirasakan murid. Dengan demikian maka coaching dapat melengkapi keberpihakan terhadap murid, selain dengan melakukan pembelajaran berdiferensiasi dan pendidikan sosial emosional.

          PRAKTIK COACHING DI SMP NEGERI 8 SATAP TEMPUNAK 

Sebagai guru di SMP Negeri 8 Satap Tempunak, saya merasa keterampilan coaching sangat bermanfaat bagi saya, utamanya dalam memberikan pelayanan pendidikan yang berpihak kepada murid, serta dalam mendorong terbentuknya komunitas praktisi di sekolah. Sejauh ini praktik coaching telah saya lakukan untuk membantu murid menggali potensi dirinya untuk mendapatkan solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Selain itu, saya merasa coaching efektif untuk membentuk kedekatan, kepercayaan, serta komunikasi yang baik antara guru dan murid. Semoga kedepannya coaching dapat menjadi budaya positif sekolah, untuk terciptanya pelayanan pendidikan yang berpihak kepada murid. 


Referensi:
Disarikan dari:
1.       Modul 1.1 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4
2.       Modul 1.2 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4
3.       Modul 2.1 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4
4.       Modul 2.2 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4
5.       Modul 2.3 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar